Summary of The Courage To Be Disliked illustration

Ulasan buku The Courage To Be Disliked

Buku The Courage to Be Disliked berbicara tentang pentingnya bersikap jujur pada diri sendiri dan menempuh jalan yang telah dipilih, meskipun itu berarti menghadapi kritik atau ketidaksetujuan dari orang lain. Keberanian yang dimaksud di sini adalah kesediaan untuk menerima keyakinan, pilihan, dan individualitas diri sendiri, terlepas dari ekspektasi masyarakat atau rasa takut tidak disukai.

4 Feb 2024 · 10 menit baca

Link berhasil di copy

Link Pembelian: https://tokopedia.link/lzqVg33mUGb

🔬 Tentang apakah Buku The Courage to Be Disliked karangan Fumitake Koga dan Ichiro Kishimi?

Buku The Courage to Be Disliked berbicara tentang pentingnya bersikap jujur pada diri sendiri dan menempuh jalan yang telah dipilih, meskipun itu berarti menghadapi kritik atau ketidaksetujuan dari orang lain. Keberanian yang dimaksud di sini adalah kesediaan untuk menerima keyakinan, pilihan, dan individualitas diri sendiri, terlepas dari ekspektasi masyarakat atau rasa takut tidak disukai.

🚀 Buku ini dalam 3 kalimat

  1. Dengan mengatasi rasa takut akan penolakan dari orang lain dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri, seorang individu dapat terbebas dari rasa tidak menyukai diri sendiri dan menemukan kebahagiaan sejati.
  2. Buku ini mengajak pembacanya untuk merenungkan semua ketakutan dan implikasi perilaku dari pribadi yang terbelenggu, kemudian mencacah setiap fakta yang ada menjadi diskusi kecil untuk mengelaborasi alasan dari setiap ketakutan dan cara mengatasinya.
  3. Hubungan antarpribadi merupakan sumber segala masalah. Buku ini memberi penjelasan mengapa hal itu bisa terjadi, sekaligus memberi banyak perspektif baru agar pembacanya dapat meminimalisir dampak buruk dari berhubungan dengan orang lain.

🎨 Kesan

Buku The Courage to Be Disliked menawarkan eksplorasi filosofis mendalam tentang seluk-beluk kebebasan pribadi dan kebahagiaan sejati. Buku ini menyajikan perspektif yang menyegarkan dalam mengatasi ketidaksukaan pada diri sendiri dan ketakutan akan penilaian, memberikan wawasan praktis melalui dialog yang menarik. Penekanan buku ini pada tanggung jawab pribadi, dipadukan dengan gaya penulisannya yang mudah dipahami, menjadikannya panduan menarik bagi mereka yang ingin mengubah pendekatan mereka terhadap hubungan antarpribadi dan hidup secara otentik.

👤 Siapa yang harus membaca buku ini?

  • Orang yang tidak merasakan kebebasan dalam hubungan antarpribadi karena takut dibenci.
  • Setiap orang yang ingin bahagia dan menemukan jati dirinya tanpa takut dihakimi oleh orang lain.
  • Perfeksionis, Bagi mereka yang berjuang untuk kesempurnaan dan mungkin terlalu peduli dengan pandangan orang lain.
  • Orang dengan Masalah Perbandingan Sosial, Buku ini menggali tentang pentingnya mengenali keunikan diri sendiri dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.
  • Orang yang merasa lumpuh karena keragu-raguan atau takut membuat pilihan karena penilaian eksternal bisa mendapatkan manfaat dari ajaran buku ini tentang tanggung jawab dan kebebasan pribadi.

☘️ Bagaimana Buku Ini Mengubah Saya

Bagaimana hidup/kebiasaan/pemikiran/ide-ide saya telah berubah setelah membaca buku ini

  • Buku ini membawa banyak kesadaran bagi saya. Salah satunya, dalam buku tersebut Adler berkata "Kamu begitu takut dengan hubungan antarpribadi sehingga kamu tidak menyukai dirimu sendiri. Kamu menghindari hubungan antarpribadi dengan tidak menyukai dirimu sendiri.". Kutipan ini menghantam dada saya. Saya sering membuat alasan untuk keadaan hubungan antarpribadi seperti ngobrol di kantor, terutama dengan orang baru. Sekarang saya menyadari bahwa ini buruk, dan saya perlu keberanian untuk mengatasi perilaku ini.
  • "Kita perlu berpikir dengan perspektif 'tugas siapa ini?' dan terus-menerus memisahkan tugas sendiri dari tugas orang lain.". Kalimat ini sangat kuat bagi saya. Saya suka memakai pakaian yang menurut saya nyaman, seperti saat memakai sirwal, celana pendek yang bukaan kakinya menggantung di atas pergelangan kaki. Saya sering ragu untuk menggunakannya ke kantor, karena saya takut orang lain akan melihat saya aneh atau berpura-pura sholeh. Sekarang saya tahu, apa yang saya takuti bukanlah tugas saya. Saya tidak bisa mencegah orang lain tidak menyukai pakaian saya; tugas saya adalah berpakaian sedemikian rupa sehingga membawa kegembiraan di hati 😊.

✍️ 3 quotes pilihan saya dari buku ini

'Tidak ada pengalaman yang bisa menjadi penyebab kesuksesan atau kegagalan kita. Kita tidak menderita karena kejutan yang kita alami—yang disebut trauma—melainkan, kita menjadikan pengalaman tersebut sesuai dengan tujuan kita. Kita tidak ditentukan oleh pengalaman kita, namun makna yang kita berikan pada pengalaman itu menentukan nasib kita sendiri.'

Hidupmu bukanlah sesuatu yang diberikan seseorang kepadamu, tapi sesuatu yang kamu pilih sendiri, dan kamulah yang memutuskan bagaimana kamu menjalaninya.

'kebebasan ada pada tidak disukai orang lain'.

'Yang penting bukanlah apa yang dimiliki seseorang sejak lahir, namun bagaimana menggunakan apa yang dimiliki.'

🌟 Ulasan Saya tentang "The Courage to Be Disliked"

Saya memberikan nilai 8.5/10. Saya sangat merekomendasikan membacanya.

📒 Ringkasan Buku The Courage to Be Disliked

  • Trauma itu tidak ada; Adler yakin tidak ada yang disebut trauma. Ia berkata, "Tidak ada pengalaman yang bisa menjadi penyebab kesuksesan atau kegagalan kita. Kita tidak menderita karena kejutan yang kita alami—yang disebut trauma—melainkan, kita menjadikan pengalaman tersebut sesuai dengan tujuan kita. Kita tidak ditentukan oleh pengalaman kita, namun makna yang kita berikan pada pengalaman itu menentukan nasib kita sendiri."
    • Ketika seorang anak laki-laki mengurung diri di kamarnya karena di-bully di sekolah, Adler mengatakan bahwa bukan penindasan yang menyebabkan anak tersebut bersembunyi, tetapi bersembunyi di dalam kamar adalah tujuannya, dan di-bully adalah sebuah alasan. Tujuan anak laki-laki mengurung diri di kamar mungkin untuk mencari perhatian dari lingkungan sekitar.
    • Adler mencari maksud atau tujuan di balik perilaku seseorang (teleologi, studi tentang tujuan fenomena tertentu) daripada asal mula keadaan psikologisnya (etiologi, studi tentang sebab-akibat). Katanya, "Orang tidak didorong oleh sebab-sebab di masa lalu, melainkan bergerak menuju tujuan yang mereka tetapkan sendiri."
    • Kamu mengarang emosi. Seorang siswa mengeluh bahwa dia takut tersipu malu. Pipinya menjadi merah setiap kali dia dekat dengan seseorang yang dia sukai. Jadi, dia tidak bisa mengaku karena dia mempunyai ketakutan ini. Kenyataannya, dia takut ditolak, jadi dia mengarang rasa takutnya untuk tersipu malu sebagai alasan untuk tidak mengakui perasaannya. Dia menerima hidup dalam angan bahwa "Kalau saja aku tidak takut tersipu, aku bisa..."
  • Menolak keinginan untuk diakui. Berharap keras untuk diakui akan menuntun pada kehidupan yang mengikuti ekspektasi orang lain yang ingin Anda menjadi “orang seperti ini”. Anda membuang siapa diri Anda sebenarnya dan menjalani kehidupan orang lain. Oleh karena itu, Anda harus menyangkal keinginan Anda untuk mendapatkan pengakuan. Anda tidak hidup untuk memuaskan ekspektasi orang lain, dan orang lain tidak hidup untuk memuaskan ekspektasi Anda.
  • Perasaan Rendah Diri Adalah Asumsi Subyektif, dan karena bersifat subyektif, maka terserah pada kita apakah kita harus merasa rendah diri atau tidak. Perasaan tentang tinggi badan Anda bersifat subjektif dan muncul karena membandingkan diri Anda dengan orang lain. Anda tidak akan peduli dengan tinggi badan Anda atau apa pun jika Anda tidak melakukan perbandingan.
    • Perbandingan muncul dari hubungan interpersonal. Adler menyatakan bahwa "Semua Masalah Adalah Masalah Hubungan Interpersonal." Jika semua hubungan antarpribadi tidak ada di dunia ini, artinya jika ada yang sendirian di alam semesta dan semua orang lainnya tiada, maka segala macam masalah akan hilang.
    • Karena rendah diri adalah perasaan subjektif, kita juga dapat melihat aspek-aspek negatif tentang diri kita dengan lebih positif. Misalnya, filosof dalam buku ini, meski bertubuh pendek, namun merasa bersyukur karena penampilannya tidak mengintimidasi, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi orang yang lebih tinggi darinya.
  • Superiority complex: Individu dengan superiority complex bertindak seolah-olah mereka superior dan tenggelam dalam perasaan superioritas yang dibuat-buat. Mereka membanggakan pencapaian masa lalu dan menceritakan kenangan. Kadang-kadang, superiority complex dan inferioritas digabungkan, sehingga menyebabkan seseorang menyombongkan kemalangannya. Dengan menjadikan diri mereka “istimewa” melalui pengalaman kemalangan. Misalkan orang yang menceritakan background keluarga nya yang miskin agar mendapat empati.
  • Hidup bukanlah sebuah kompetisi. Alasan banyak orang tidak bahagia saat mereka sedang membangun kesuksesan di mata masyarakat adalah karena mereka hidup dalam kompetisi. Jika Anda memikirkan tentang hubungan antarpribadi sebagai persaingan, Anda menganggap kebahagiaan orang lain sebagai "kekalahan saya", dan Anda tidak bisa merayakannya. Saat Anda bisa merasa “manusia adalah kawan saya”, cara Anda memandang dunia akan berubah.
    • Tidak bersaing berarti menganggap semua orang sebagai kawan. Saat Anda benar-benar dapat merasakan bahwa 'manusia adalah rekan saya', cara pandang Anda terhadap dunia akan berubah total. Anda tidak akan lagi menganggap dunia sebagai tempat yang berbahaya atau diganggu oleh keraguan yang tidak perlu; dunia akan tampak di hadapanmu sebagai tempat yang aman dan menyenangkan. Dan masalah hubungan interpersonal Anda akan berkurang drastis.
  • Jangan mengutuk atau memuji. Saat Anda memuji, secara tidak sadar Anda menciptakan hubungan hierarkis dan memandang orang lain di bawah Anda. Seolah-olah Anda sedang memberikan penilaian dari satu orang yang berkemampuan kepada orang lain yang tidak berkemampuan. Anda dapat menyampaikan kata-kata terima kasih sebagai gantinya. Mengucapkan terima kasih kepada rekan yang telah membantu pekerjaan Anda ini merupakan ungkapan syukur yang jelas. “Ini sangat membantu.” Jika menerima pujian adalah hal yang Anda cari, Anda tidak punya pilihan selain beradaptasi dengan ukuran orang tersebut dan mengerem kebebasan Anda sendiri. Sebaliknya, “Terima kasih” adalah ungkapan terima kasih yang jelas.
  • Embrace the courage to be normal. Whether striving for exceptional goodness or deliberate rebellion, the underlying aim is to stand out and gain others' attention. This desire often stems from an inability to accept one's ordinary self. Viewing life as a continuous journey towards a pinnacle may lead to dissatisfaction if the summit is not reached.
  • Merangkul keberanian untuk menjadi normal. Baik melakukan kebaikan yang luar biasa atau pemberontakan, kadang tujuan utamanya adalah untuk menonjol dan menarik perhatian orang lain. Menjadi Istimewa. Keinginan ini sering kali berasal dari ketidakmampuan menerima diri sendiri yang biasa. Memandang kehidupan sebagai perjalanan berkelanjutan menuju puncak dapat menimbulkan ketidakpuasan jika puncak tidak tercapai. Pengarang buku ini berkata Mengapa perlu menjadi istimewa? Mungkin karena seseorang tidak bisa menerima dirinya yang normal.
  • Hiduplah pada saat ini. Hidup harus dilihat sebagai kumpulan momen, yang masing-masing ditentukan oleh "saat ini". Hiduplah di masa sekarang, seolah-olah menari sepanjang hidup, menemukan kepuasan di setiap momen. Beberapa orang mungkin unggul dalam tarian pilihan mereka, baik itu musik atau menulis, sementara yang lain mungkin mengambil jalan yang tidak terduga. Esensinya terletak pada tarian itu sendiri, bukan pada mencapai tujuan tertentu. Hidup adalah serangkaian momen, dan memikirkan masa lalu atau masa depan tidaklah relevan. Fokuslah pada saat ini dan saat ini, di mana kekayaan kehidupan yang sebenarnya terungkap.
    • Jangan takut untuk tidak mencapai tujuan Anda. Fokuslah "menari" pada saat ini. Lakukan apa yang Anda bisa dan ingin lakukan sekarang. Saat menari, Anda akhirnya berubah posisi, dan jika tarian mengikuti jalurnya, Anda akhirnya akan mencapai tujuan. Dan jika belum, Anda sudah menari dengan gembira.
  • Buang tugas orang lain. Menurut saya inilah salah satu hal terpenting dalam buku ini. Kita perlu berpikir dengan perspektif “tugas siapa ini?” dan memisahkan tugas kita sendiri dari tugas orang lain. Ini disebut pemisahan tugas. Ada cara sederhana untuk mengetahui milik siapakah suatu tugas. Coba pikirkan, siapa yang pada akhirnya akan menerima hasil akhir dari pilihan yang diambil? Misalnya, belajar di sekolah adalah tugas anak, bukan tugas orang tua. Pemilik tugas adalah orang yang pada akhirnya akan menerima hasil yang ditimbulkan oleh pilihan tersebut (yaitu anak, karena dia yang akan senang jika kelak sukses).
    • Sama halnya dengan pakaian yang Anda kenakan ke kantor atau acara. Tugas Anda hanyalah berdandan sesuai keinginan. Pendapat orang lain tentang pakaian Anda bukanlah tugas Anda, dan Anda tidak perlu memikirkannya.
  • Kebahagiaan adalah perasaan berkontribusi terhadap sesuatu. Orang hanya bisa benar-benar menyadari nilai dirinya ketika mereka mampu merasakan 'Saya berguna bagi seseorang'. Namun, tidak masalah jika kontribusi yang diberikan saat itu tanpa bentuk yang terlihat. Memiliki perasaan subjektif bahwa diri ini berguna saja sudah cukup.

Emot's Space © 2024