5 Hal Non-Teknis yang Bisa Dipersiapkan dalam Perkerjaan Baru

4 Sep 2024 · 5 menit baca

Link berhasil di copy
5 Non-Engineering Things to be Prepared in New Working Journey illustration

Alhamdulillah, setelah tiga bulan mencari pekerjaan, akhirnya Saya mendapatkan kesempatan lagi untuk berkontribusi dan memberikan dampak. Saya menerima tawaran sebagai Senior Frontend Engineer dari sebuah startup yang sedang berkembang, yang menyediakan layanan untuk membantu siapa saja membuat toko komersial mereka sendiri dengan mudah.

Ini adalah peluang besar, tapi juga tantangan yang belum pernah Saya hadapi sebelumnya. Dua hal yang Saya soroti dari pekerjaan ini adalah:

  • Posisinya remote, dan perusahaannya berbasis di negara yang jauh dari tempat tinggal Saya, yaitu Arab Saudi.
  • Layanan perusahaan ini berada di bidang yang baru bagi Saya, karena Saya belum pernah bekerja di aplikasi e-commerce sebelumnya, meskipun Saya memiliki pengalaman dengan aplikasi B2B.

Dari perspektif teknis, ini berarti saya perlu membiasakan diri dengan pengembangan web RTL, internasionalisasi, dan lokalisasi. Tapi tantangan sebenarnya adalah menghadapi aspek diluar teknis, seperti beradaptasi dengan budaya kerja, mengatasi hambatan bahasa, dan memahami domain e-commerce. Jelas, keterampilan teknis saja tidak akan cukup, jadi saya juga fokus pada hal-hal non-teknis untuk memastikan transisi yang mulus ke peran baru saya.

Berikut adalah beberapa hal non-teknikal yang sedang saya fokuskan untuk lebih siap menghadapi perjalanan baru ini. Jika

Penyesuaian Budaya

Memasuki lingkungan baru pasti ada perbedaan budaya, apalagi jika melibatkan negara yang berbeda. Memahami budaya di tempat kerja baru sangat penting agar komunikasi dan kolaborasi berjalan dengan lancar.

Untuk bisa lebih cepat beradaptasi dengan budaya baru, selain membaca atau menonton video, Saya terfikir berkenalan dan belajar dari orang-orang yang sudah bekerja di lingkungan tersebut. Sejak minggu lalu, Saya mulai menjalin hubungan dengan orang-orang yang bekerja secara remote maupun onsite di negara tempat Saya akan bekerja. Beberapa kanal yang bisa digunakan adalah grup software engineer, LinkedIn, dan Twitter.

Dengan bertanya tentang pengalaman mereka, Saya mendapatkan wawasan pribadi dan tips praktis untuk berinteraksi dengan rekan lintas budaya. Percakapan ini memberikan perspektif yang lebih mendalam dan relatable tentang bagaimana rasanya bekerja dalam konteks budaya yang berbeda, serta cara untuk menghadapinya dengan baik.

Pengetahuan Domain

Masuk ke dalam ranah kerja baru, terutama seperti e-commerce yang belum pernah Saya kerjakan sebelumnya, membutuhkan pemahaman yang kuat tentang tantangan spesifik dan praktik terbaik di industri tersebut. Untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan ini, Saya fokus mendalami sumber-sumber yang relevan yang dapat memberikan wawasan tentang bidang tersebut.

Salah satu strategi utama Saya adalah membaca blog dari perusahaan yang menjadi pemimpin di bidang e-commerce. Blog ini seringkali membagikan pelajaran berharga, tantangan teknis, dan solusi inovatif yang dapat langsung diterapkan pada peran Saya.

Bahasa

Karena perusahaan baru Saya berbasis di Arab Saudi, mempelajari bahasa Arab bisa menjadi investasi jangka panjang yang berharga. Meskipun bahasa utama yang digunakan dalam perusahaan adalah bahasa Inggris, Saya percaya bahwa memahami bahasa Arab tidak hanya akan membantu Saya terhubung lebih dalam dengan kolega dan budaya lokal, tetapi juga meningkatkan pengalaman Saya secara keseluruhan saat bekerja di sana.

Selain itu, bahasa Arab memiliki makna pribadi bagi Saya karena merupakan bahasa kitab suci Saya. Dengan meningkatkan kemampuan bahasa Arab, Saya tidak hanya mempersiapkan diri untuk perjalanan profesional; namun juga memperkaya pemahaman spiritual.

Untuk belajar bahasa Arab, Saya menggunakan aplikasi pembelajaran bahasa seperti Memrise dan Duolingo untuk membangun fondasi yang kuat. Aplikasi ini bagus untuk memulai, sementara video di YouTube (seperti podcast dan percakapan sehari-hari) membantu Saya melihat bagaimana bahasa tersebut digunakan dalam situasi nyata. Setelah cukup memahami dasar-dasarnya, Saya berencana mengikuti kursus privat untuk memperjelas kesalahan belajar Saya dan berlatih lebih intensif dengan mentor.

Framework Dokumentasi

Saya suka mencatat segala hal, termasuk pekerjaan Saya. Kebiasaan ini dimulai sekitar 1,5 tahun yang lalu akibat dikenalkan oleh teman Saya pada konsep Second Brain dari Tiago Forte. Idenya adalah bahwa "otak pertama" kita seharusnya fokus pada menghasilkan dan memproses ide, bukan menyimpannya. "Second Brain" berfungsi sebagai sistem penyimpanan eksternal dan digital untuk ide-ide, informasi penting, dan catatan kita.

Untuk memaksimalkan manfaat dari mencatat pada pekerjaan baru ini, Saya coba mengembangkan kerangka tentang bagaimana dan apa yang harus Saya dokumentasikan. Kerangka ini membantu Saya menjaga catatan tetap terorganisir, memastikan bahwa Saya menangkap detail penting tentang proyek, tugas, dan pembelajaran dengan cara yang konsisten dan berguna. Dengan struktur catatan yang efektif, Saya dapat dengan mudah merujuk pekerjaan sebelumnya, melacak kemajuan, dan berbagi wawasan dengan tim.

Saya menggunakan Obsidian sebagai alat utama untuk mencatat. Saya suka Obsidian karena kesederhanaan dan kemampuannya yang dapat diperluas, yang membuatnya sempurna untuk mencatat dengan efektif. Berikut adalah kerangka catatan kerja Saya:

  • Log Kerja Harian: Berisi aktivitas harian saat bekerja, termasuk apa yang telah Saya lakukan, siapa yang Saya ajak berinteraksi, berita, update, atau wawasan baru dari hari itu.
  • Log Kerja Mingguan: Saya menggunakan ini untuk merangkum pekerjaan mingguan Saya. Ini berguna untuk evaluasi kinerja dan sebagai refleksi mingguan. Dalam log mingguan, Saya menulis tantangan, dampak, hambatan dan apa yang bisa Saya perbaiki di minggu berikutnya.
  • Catatan Organisasi: Saya memiliki blok catatan khusus untuk informasi terkait organisasi, seperti detail administrasi, kontak, teknologi, ide-ide Saya, tech-debt, dan papan kanban untuk melacak tugas-tugas Saya.

Peralatan

Bekerja secara remote menjadikan memiliki peralatan yang tepat sebagai hal penting untuk mendukung komunikasi yang efektif. Bagi Saya, peralatan penting mencakup mikrofon dan headset yang baik. Saat ini Saya menggunakan Apple EarPods dengan USB tipe C, yang memberikan audio yang jernih untuk meeting. Untuk video call, Saya mengandalkan webcam Logitech C922 Pro, dengan kualitas gambar full HD. Untuk meningkatkan hasil video lebih jauh, Saya berencana untuk membeli pencahayaan portabel untuk memastikan gambar Saya terlihat profesional dan terang.

Selain itu, memiliki koneksi internet yang baik dan stabil sangat penting untuk kerja yang tanpa gangguan dan komunikasi yang lancar. Dengan peralatan yang tepat dan konektivitas yang andal, Saya dapat tetap terhubung dan berpartisipasi aktif dalam lingkungan kerja remote.


Mempersiapkan pekerjaan baru bukan hanya tentang keterampilan teknis; ini tentang memahami budaya, domain, dan cara-cara efektif untuk mengelola pekerjaan. Dengan fokus pada aspek-aspek non-teknis ini, Saya berharap bisa melakukan transisi yang lebih mulus pada peran baru Saya.

Emot's Space © 2025